Sumsel – Dikenal sebagai daerah penghasil buah Jeruk Siam melimpah di Provinsi Sumatera Selatan, Kelompok Wanita Tani ( KWT ) Subur Makmur Desa Air Talas Kecamatan Rambang Niru Kabupaten Muara Enim, kini jual empat produk makanan olahan jeruk sisa usai jadi mitra binaan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4 Limau Field.
Saat itu, Komang Meliasih (43), yang tengah sibuk menyiapkan produk-produk olahan jeruk sisa untuk para pengunjung rumah produksi Kelompok Wanita Tani (KWT) Subur Makmur. “Ini makanan olahan dari jeruk sisa. Sisa, dalam artian jeruk yang telah dilakukan pensortiran terlebih dahulu, mana jeruk manis dan mana jeruk asam. Nah, jeruk dengan rasa manis biasanya kita jual langsung tanpa diolah, sedangkan jeruk dengan rasa asam yang tidak laku dijual lah yang kita buat menjadi empat produk makanan olahan seperti Pie Susu Jeruk, Sirup Jeruk, Selai Jeruk dan Stik Jeruk. Dengan maksud agar tidak ada buah jeruk yang terbuang sia-sia,” katanya, Kamis pagi (12/10/2023).
Awal mula membuat makanan olahan jeruk sisa tersebut, kata Ketua KWT Subur Makmur Desa Air Talas itu pada 2018 lalu. “Awalnya KWT kita belum membuat makanan olahan dari jeruk ini. Karena kita di Desa Air Talas ini biasanya hanya sibuk bertani tanaman jeruk Siam lalu menjual hasil panen secara langsung ke pembeli tanpa diolah. Baru di 2018 lalu setelah sebelumnya kita jadi mitra binaan PT Pertamina Limau Field, dan kita mendapatkan bantuan, bantuan pertama awalnya berupa bibit jeruk saja. Kemudian setelah itu, dilihat daerah kita hasil panen jeruknya melimpah tapi saat masa panen banyak limbah jeruk dari petani karena jeruk dengan rasa asam itu biasanya ada yang tidak laku dijual, membuat pihak Pertamina Limau Field mencarikan solusi bagaimana agar kami bisa memanfaatkan jeruk sisa dengan rasa asam ini menjadi tidak terbuang tapi malah bernilai ekonomi. Akhirnya tak beberapa lama, kita diberi bantuan berupa ikut pelatihan bagaimana cara membuat makanan olahan dari jeruk, dan dari pelatihan itu tercipta lah empat produk olahan dari jeruk ini,” tutur Meli biasa disapa.
Meski hanya empat produk saja, namun untuk membuat keempat olahan ini tidak lah mudah, banyak kendala yang awalnya KWT Subur Makmur ini hadapi. “2018 mulai tapi belum stabil karena kita juga terkendala minimnya listrik di rumah produksi. Jadi kita berjalan tapi kita tidak rutin buat. Lanjut di 2019, covid-19 muncul akhirnya membuat kita terpaksa vacum kurang lebih 2 tahun. Dan kita baru aktif kembali setelah wabah covid serta adanya bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) dari Pertamina Limau Field lagi di 2023 ini berupa 1 unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dipasang di atap rumah produksi KWT Subur Makmur, dengan harapan bisa mengatasi masalah listrik yang kita hadapi,” bebernya.
Maklum, sebelum adanya bantuan PLTS ini, kegiatan di rumah produksi KWT Subur Makmur sering kali terhambat. “Awal - awal kita produksi itu, alat yang kita pakai harus bergantian, misal kalau lagi mengisi air dengan mesin sumur bor itu tidak bisa kalau bersamaan dengan alat lain yang hidup, seperti blender ataupun mixer karena daya listrik kita kurang besar. Jadi pasti listriknya turun sendiri kalau alat yang dipakai saat itu bersamaan. Itu sangat menganggu kita dalam produksi karena kendala itu memakan waktu, kalau harus satu-satu alat yang dipakai, belum lagi ada alat yang harus dipakai berjam-jam seperti oven listrik dan lemari es, jadi kendala utama saat itu di listrik dan kita minta bantuan bagaimana solusi untuk listrik kita ke Pertamina,” jelasnya.
Sedangkan kalau pun harus ditambah daya secara mandiri tentu memakan banyak biaya, sebab lokasi Desa Air Talas sendiri berada dipedalaman yang dikelilingi juga perkebunan sawit yang masuk di wilayah Kecamatan Rambang Niru Kabupaten Muara Enim, atau sekitar 1 jam perjalanan pulang pergi dengan menggunakan sepeda motor untuk sampai ke pusat kota terdekat salah satunya kota Prabumulih.
“Tak lama setelah permohonan bantuan listrik itu, Beruntung kita dapat bantuan PLTS ini, dan kita sangat berterima kasih kepada Pertamina karena bukan hanya kita bisa produksi empat produk olahan jeruk dengan seluruh alat yang ada dan kapan saja. Tapi sekarang rumah KWT kita sudah terang terus, karena kadang kita kan sampai malam buat olahan jeruk ini kalau banyak orderan, dulu mana pernah sampai malam sebab listrik pasti turun. Dan bukan hanya itu, dengan PLTS ini juga penerangan jalan di sekitar rumah KWT ikut hidup, bahkan listrik di wisata Embung atau penampungan air yang saat ini masih kita buat juga rencananya akan berasal dari PLTS ini. Jadi kita sangat terbantu sekali dengan adanya bantuan ini. Bahkan, dari bantuan ini kita bisa berjualan di gerai oleh-oleh Pemerintah Kabupaten Muara Enim, jualan online, dan bahkan sering diorder untuk oleh-oleh ke luar pulau Sumatera baik oleh pihak Pertamina itu sendiri maupun dari pegawai pemerintah Kabupaten Muara Enim dan masyarakat sekitar, jadi ini sedikit banyaknya sekarang membantu pendapatan kami para ibu-ibu rumah tangga,” ungkap Meli bersama beberapa anggota KWT Subur Makmur lainnya.
Sementara, I Gede Ariana, Ketua Adat Desa Air Talas mengatakan di Desa Air Talas ini 80 persen penduduknya beragama hindu dengan mayoritas berprofesi sebagai petani sawit dan jeruk. “Sejak 1987 Desa Air Talas ini ada, berawal dari adanya program Transmigrasi di era Presiden Soeharto, jadi disini 80 persen penduduknya beragama hindu karena dulu banyak warganya berasal dari Bali tepatnya dari daerah Singa Raja, oleh itu juga desa ini sering disebut juga Trans Bali,” tambahnya.
Walaupun mayoritas penduduk di Desa Air Talas ini beragama Hindu, sambungnya, namun toleransi umat beragama sangat dikedepankan disini. “Pure kita ada, baik pure adat, ataupun pure keagamaan. Begitu juga untuk tempat ibadah agama lainnya ada disini, bahkan hasil dari bantuan CSR berupa makanan olahan jeruk yang dibuat itu sudah semuanya bersertifikat halal,” tegasnya.
Begitu juga, I Gede Arsana, Kepala Desa Air Talas menambahkan, banyak potensi di Desa Air Talas. Pasalnya, bukan hanya dikelilingi perkebunan sawit, tapi Desa Air Talas juga termasuk daerah hijau yang dijaga di Kabupaten Muara Enim. “Terbukti juga di Desa Air Talas ini merupakan salah satu Desa yang berada di ring satu lingkungan kerja PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4 Limau Field, oleh karena itu kita banyak mendapatkan bantuan CSR. Ditambah melalui karya ibu-ibu KWT ini berhasil meraih juara ditingkat nasional. Dengan begitu tentu kegiatan seperti ini menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat yang terdampak,” terangnya singkat saat itu.
CSR Comdev Officer Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4 Limau Field, Catherine Wahyuning Wilujeng menyebutkan, dilihat dari banyaknya potensi yang ada di Desa Air Talas Kecamatan Rambang Niru Kabupaten Muara Enim ini, tentu itu menjadikan Desa Air Talas layak menerima banyak bantuan dari PHR Zona 4 Limau Field hingga terciptanya produk olahan jeruk ini. Yang mana, dari program ini diharapkan di 2024 nantinya Desa Air Talas ini dapat menjadi Desa Wisata berbasis Agribisnis Integrated Farming.
“Itu 2024, untuk sampai kesana, di tahun ini kita lebih fokus dulu di budidaya Jeruknya, yang mana jangan lagi ada jeruk sortiran dengan rasa asam dibuang percuma. Tapi melalui program Anggrek Dewata (Agribisnis Desa Wisata Air Talas) yang terbagi dua ini yakni pertama, kegiatan Bu Jusi (Budidaya Jeruk Siam Organik) dengan kegiatan sosialisasi bibit jeruk berlabel bebas penyakit, pembentukan satgas pengendalian hama, sanitasi kebun, uji lab tanaman bakteri, dan pembangunan rumah produksi. Dan yang kedua, kegiatan BUDE ARTA MAJU (Ibu-Ibu Desa Air Talas Mengelolah Jeruk) KWT Subur Makmur ini kegiatan pelatihan pengolahan jeruk siam dan social market ini, bisa mengolah limbah jeruk asam menjadi makanan olahan yang bernilai ekonomi,”jelasnya.
Sebab, Outcome yang dihasilkan dari kegiatan Anggrek Dewata itu terdapat 50 orang anggota kelompok yang mengalami peningkatan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif mengenai budidaya jeruk siam organik. “Serta terdapat 10 orang mampu menghasilkan 152 jar selai jeruk, 217 botol sirup jeruk, dan 280 box pie susu jeruk dalam satu tahun. Sedangkan, Impactnya itu untuk Dampak socialnya, terbentuk kelembagaan baru yaitu satgas pengendalian hama, serta adanya penerima manfaat tidak langsung dari program. Dan adanya peningkatan pendapatan dengan rata-rata Rp.468.000 per bulan untuk setiap orang itu dampak ekonominya. Kemudian dampak lingkungannya itu area lahan jadi termanfaatkan dan pengurangan emisi hingga 11.635,55 Ton CO2eq,” sampainya saat itu.
Selain itu, lanjut wanita berhijab ini mengungkapkan, jadi tidak cukup hanya berada di ring satu lingkungan kerja PHR Zona 4 saja tapi banyak hal yang harus ditinjau bagi Desa penerima bantuan. “Untuk mendapatkan bantuan PLTS dari Pertamina Persero, desa – desa yang ada di PHR Zona 4 yang terdiri dari 7 Field ini, harus melewati survey terlebih dahulu terkait program unggulannya, setelah dinyatakan layak, baru lah didapati dua desa yang terpilih untuk menerima bantuan PLTS ini. Dua Desa itu yakni pertama berasal dari Limau Field dengan Desa Air talas dan yang kedua dari Prabumulih Field dengan Desa Lembaknya,”terangnya.
Untuk diketahui, adapun penghargaan yang diraih Pertamina EP Limau Field pada tahun 2023 yakni Penghargaan PLATINUM dalam kategori Sosial Innovation pada Program Anggrek Dewata Tahun 2023, Penghargaan dalam kategori Best Practice in Economic Empowerment pada Program Anggrek Dewata Tahun 2023, Penghargaan GOLD pada kategori Cultural Preservation pada program Anggrek Dewata Tahun 2023, Mendapatkan GOLD pada kategori Dampak Sosial di Program Anggrek Dewata Tahun 2023, Penghargaan sebagai Local Agribusiness Program of the Year 2023 dalam Program Anggrek Dewata, Penghargaan sebagai Perusahaan Pendukung Proklim oleh Gubenur Sumatera Selatan Tahun 2023, Penghargaan Gold kategori Economic Empowerment tahun 2023 (Indonesia Green Award), dan Desaign Booth Terbaik dalam kegiatan Forum Kapasitas Nasional Tahun 2023.
Sedangkan, penghargaan yang diraih Pertamina EP Limau Field pada tahun 2022 yakni penghargaan sebagai Apresiasi dalam Istanbul International Music Dance Festival November 2022.
Officer Comrell and CID PHR Zona 4, Nur Shiela mengatakan, bantuan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) yang ada di wilayah PHR Zona 4 itu hanya ada di Desa Lembak tepatnya untuk di Danau Shuji dan Desa Air Talas untuk di Rumah Produksi Pengolahan Jeruk serta area sekitarnya. “Yang mana energi terbarukan berupa PLTS ini merupakan bantuan dari PT Pertamina Persero dengan program Desa Energi Berdikari (DEB). Jadi tidak semua dapat, hanya Desa yang terpilih yang dilihat dari lokasi, pemanfaatannya yang mendapatkan bantuan ini,” tandasnya yang saat itu turut didampingi Comdev Officer Prabumulih Field Hengki Rosadi.(DS)